Mesin kendaraan bermotor dirancang sesuai dengan bensin yang dijual secara umum. Namun pada dasarnya, mesin modern sudah dirancang dengan spesifikasi khusus sehingga rasio kompresinya tinggi guna mendapatkan efisiensi yang tinggi. Semakin tinggi rasio kompresinya, maka makin tinggi oktan yang dibutuhkan.
Lantas, apa akibatnya jika tidak mematuhi standar ini, misalnya menggunakan bahan bakar dengan oktan yang lebih rendah dibanding yang direkomendasikan?
Salah satu akibat menggunakan bensin dengan oktan yang lebih rendah dari yang direkomendasikan adalah kerusakan piston, serta menurunnya kinerja mesin secara keseluruhan.
Mesin dengan rasio kompresi tinggi memerlukan bensin yang terbakarnya lebih lambat, di mana ini tersedia pada bensin beroktan tinggi. Nah, jika bensin yang digunakan oktannya lebih rendah, maka bensin tersebut akan terbakar tidak sempurna lebih awal dari waktu busi memercikkan api.
Saat piston naik ke atas melakukan kompresi, bensin terbakar mendahului busi memercikkan api. Akibatnya, piston seperti dihantam keras oleh ledakan ruang bakar tersebut yang menghasilkan efek yang disebutknocking atau ngelitik. Perlahan, jika ini terjadi terus menerus, maka piston akan rusak, dan bahkan bisa bolong.
Beberapa pabrikan yang masih memperbolehkan penggunaan bensin beroktan rendah yang tidak sesuai, kemungkinan besar telah mengatur timing pengapian di ECU. Tetapi hal tersebut sebenarnya mengorbankan performa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar