Jakarta - Nama VVTS (Variable Valve Timing System) atau mekanisme katup pada tiap mesin kendaraan kadang cukup memusingkan. Sebenarnya VVTS itu sederhana meskipun nama dari masing-masing pabrikan mobil berbeda. Semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan tenaga yang baik, tanpa mengorbankan konsumsi bahan bakar.
Satu tujuan tapi berbeda solusi, itulah realita VVTS dan setiap pabrikan membuat nama VVTS ini sendiri-sendiri. Contohnya Honda dengan VTEC (Variable Valve Timing and Lift Electronic Control) dan i-VTEC (Intelligent-VTEC), Toyota dengan VVTi (Variable Valve Timing with Intelligent) dan Dual VVTi serta VVTL-i (Variable Valve Timing and Lift Intelligent).
Lain lagi dengan BMW yang menyebutnya VANOS (Variable Nockenwellen Steuerung). Nah, kali ini OTOMOTIF mengupas tentang mekanisme katup yang ada di mesin kendaraan tersebut.
(otomotifnet.com)
SEJARAH
Prototipe pertama VVTS dimulai dari Porsche pada tahun 1958. Prinsip yang dianut Porsche menggunakan oscillating cam untuk menaikkan tinggi dan durasi bukaan klep. Penggerak cam model desmodromic digerakan lewat push pull rod dari batang eccentric. Inilah prototipe pertama yang pernah dibuat.
Pada akhir tahun 1960-an, Fiat adalah pabrikan mobil pertama yang mempatenkan VVTS dan variable lift. Hasil rancangan Giovanni Torazza ini menggunakan tekanan hidrolis untuk mengubah-ubah tumpuan follower noken as. Tekanan hidrolis berubah tergantung dari putaran mesin dan tekanan intake manifold.
Namun pabrikan Alfa Romeo berhasil menjadi pabrikan pertama yang menggunakan teknologi VVTS pada kendaraan produksi massalnya. Model fuel injection dirilis tahun 1980 dengan produk Alfa Romeo Spider 2000 yang menggunakan VVTS mekanikal.
Giliran pabrikan Jepang mulai merambah teknologi VVTS lewat mesin B16A karya Honda tahun 1989. Teknologi yang terkenal dengan sebutan VTEC.
PERAWATAN
Perawatan tidak terlalu sulit namun perlu perlakuan berbeda pada setiap merek kendaraan. Hal ini dikarenakan prinsip kerja masing-masing pabrikan berbeda. Secara umum menggunakan solenoid seperti VTEC, i-VTEC ataupun VVT-i perlu dilakukan pembersihan, ujar Rudy, punggawa RS Tuning di bilangan Bintaro, Jaksel.
Periksa juga kualitas seal apakah masih baik atau sudah keras. Seal yang sudah tidak layak dapat menyebabkan kebocoran oli mesin. Kondisi mesin dan sensor-sensor secara keseluruhan juga harus dalam keadaan baik. Beberapa kendaraan jika lampu check engine menyala maka VVTS tidak bekerja. Jadi sangat penting menjaga kondisi yang lain tetap prima.
Beberapa mekanik akan melakukan diagnosa pada sensor CMP (Camshaft Position) dan sensor CKP (Crankshaft Position) dengan menggunakan osiloskop. Hal ini untuk perbandingan jika kelak kendaraan tersebut bermasalah dengan VVTS.
VTEC DAN i-VTEC
Jangan menggunakan oli yang tidak direkomendasi pabrikan mobil. Semisal pabrikan menggunakan oli SAE 5W-30 dengan API Service SN, jangan pernah mau disodorkan oli oleh bengkel ataupun toko oli di luar spesifikasi tersebut. Kalau viskositasnya lebih encer terkadang tidak terlalu bermasalah, biasanya hanya volumenya saja menguap.
Namun kalau lebih kental bisa menyebabkan check engine, dan tekanan oli untuk mengaktifkan VVTS terhambat, terang Dolf Valentino, Kepala Bengkel Daihatsu Juanda, Samarinda Kaltim. Ganti oli mesin secara rutin jangan sering terlewat dari periode yang sudah ditentukan. Oli mesin yang sering telat diganti semakin lama akan membentuk timbunan kerak yang dapat menutup jalur-jalur oli yang dibutuhkan oleh VVTS.
DO AND DONT
Dengan menggunakan VTEC akan memungkinkan mesin mengubah profil cam. Teknologi ini menggunakan 3 buah lobes per silinder. Tentunya memadukan tenaga besar dan efisiensi bahan bakar. Gimana caranya? Ya karena noken as dan rocker arm spesial yang diciptakan Honda.
Saat kendaraan berjalan pada putaran mesin rendah, locking pin pada rocker arm tidak mengunci di rocker arm, maka klep hanya didorong dengan cam profil rendah. Ketika VTEC On maka locking pin terdorong ke dalam rocker arm dan mengunci. Oleh sebab itu noken as profil tinggi mendorong penuh klep lebih jauh dibanding sebelumnya.
Jika VTEC hanya mengubah durasi dan lift camshaft, i-VTEC lebih canggih. Selain mempertahankan kedua keunggulan tadi, Honda juga menambahkan fitur camshaft timing pada noken as bagian intake. Artinya cam gear akan melakukan self adjust yang diatur oleh tekanan oli dan diinginkan oleh ECU, apakah mesin membutuhkan retard camshaft timing atau malah advance, bergantung hasil pemikiran dari ECU, jelas Indra Wijaya, tuner Sigma Speed yang bermarkas di Pancoran, Jaksel. Untuk camshaft bagian exhaust mirip dengan sistem VTEC.
VVT-i, VVTL-i, Dual VVTi
Tujuan VVT-i sama seperti pabrikan kendaraan lainnya, untuk mengejar efisiensi bahan bakar dan lebih bertenaga. Prinsip kerjanya dapat mengubah timing katup intake dengan mengatur camshaft drive dan noken as intake.
Namun tidak mengubah lift noken as, sebut David Ahie, pebengkel Top Speed di kawasan Kedoya, Jakbar. Sistem ini menggunakan banyak sensor. Namun 2 sensor yang utama CKP dan CMP. ECU menggunakan sensor-sensor ini untuk memonitor hubungan antara posisi piston dan posisi klep.
Fitur VVTL-i ini membuat tidak hanya self adjust timing katup intake tetapi juga mengubah tinggi bukaan noken as. Tetapi tetap hanya di bagian noken as intake saja. Beda lagi dengan Dual VVT-i menganut prinsip kerja VVTi ditambah dengan camshaft exhaust juga ikut berubah.
VANOS
VANOS didesain dengan menggunakan cam gear dan noken as independen. Single VANOS diletakan pada intake cam gear namun terhubung dengan exhaust cam gear. Sedangkan Double VANOS mirip dengan pabrikan lainnya mengubah valve timing pada kedua camshaft, sebut Eddy, pemilik Service Station, bengkel spesialis BMW di bilangan Jembatan Lima, Jakbar. ECU pada mesin Double VANOS dapat mengubah intake dan exhaust cam timing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar